Minggu, 25 Oktober 2015

WANGSA RAJA BIMA DALAM MITOS-MITOS PADA CERITERA ASAL BANGSA JIN DAN SEGALA DEWA-DEWA (Kajian Strukturalisme Levi Strauss) Oleh Nila Mega Marahayu

   ABSTRACT
Myth has become interesting even in modern era. It is a legend or a story that comes from culture in society. It is also a means for conveying a message. Old literature such as Ceritera Asal Bangsa Jin dan Segala Dewa-Dewa has specific myth about dynasty of King Bima. This paper uses Structuralism theory by Levi Strauss as analyzing tool. The processes of analyzing are as follows: the story divides to episode and sub episode. Then, the writer determines the themes (Ceriteme) that has relating to the story. Finally, the writer concludes the story that consists of five themes. First, the history of Bima society or dynasty of King Bima comes from sacred people. Second, King Bima has perfect character (sensible). It begins with human creation that consists of four materials fire, wind, water, and land. Third, dynasty of King Bima is the faithful (Islam). Fourth, King Bima has heroic character in winning the war. And fifth, King Bima is amorously people and caring about social interest. After all, the story talks about the history of the region and kinship system or descent of dynasty King Bima relating with other region such as Dompu dynasty and its descent or King Bima also becomes the king in Istanbul-Rum, Jepun-Cina, or King Andalas in Minangkabau.
Keywords: Myth, dynasty of king Bima, episode and ceriteme
ABSTRAK
            Mitos masih selalu menjadi sesuatu yang menarik meski di zaman modern. Mitos merupakan dongeng atau kisah yang lahir dalam kebudayaan suatu masyarakat. Mitos sebagai sarana dalam menyampaikan pesan-pesan. Karya sastra lama Ceritera Asal Bangsa Jin Dan Segala Dewa-Dewa memiliki mitos yang kuat khususnya tentang wangsa raja Bima. Makalah ini menggunakan teori strukturalisme Levi Strauss sebagai alat analisis. Proses analisis melalui beberapa tahapan, yaitu pembagian episode dan subepisode pada seluruh isi cerita, kemudian menentukan ceriteme-ceriteme yang memiliki relasi-relasi cerita. Kemudian didapatlah kesimpulan dari hasil pembahasan, yaitu pertama, sejarah masyarakat Bima atau wangsa raja Bima dari garis keturunan orang-orang sakti. Kedua, akhlak wangsa raja Bima yang mulia atau sempurna (berakal). Hal ini berangkat dari mitos penciptaan manusia dari empat unsur, yaitu api, angin, air, dan tanah. Ketiga, wangsa raja Bima yang beriman (beragama islam). Keempat, wangsa raja Bima yang berjiwa pahlawan, handal dalam memenangkan perang. Kelima, wangsa raja Bima yang pengasih dan peduli kepentingan sosial. Selain itu, terkait pula sejarah keberadaan wilayah dan sistem kekerabatan atau darah keturunan dengan wangsa di kerajaan lain seperti wangsa Dompu dan keturunan leluhur raja Bima menjadi raja di Istambul-Rum, raja di Jepun-Cina, raja di Andalas Minangkabau.
Kata kunci: mitos, wangsa raja Bima, episode dan ceriteme

I.          PENDAHULUAN   
Membaca nusantara Indonesia tidak dapat dilepaskan dari kekayaan yang salah satunya adalah cerita rakyat dan biasanya mengandung mitos. Tentu wacana mitos bukanlah sesuatu yang asing dan tertinggal karena pada perjalanannya masyarakat kita masih saja ada yang melestarikannya. Hal ini tidak menjadikan masyarakat dalam nila-nilai negatif selama adanya manfaat sebagaimana mitos dalam perspektif Levi Strauss adalah dongeng. Dongeng merupakan sebuah kisah atau cerita yang lahir dari khayalan manusia meskipun unsur-unsur khayalan tersebut berasal dari apa yang ada dalam kehidupan manusia sehari-hari (Ahimsa-Putra,2001:77). Kemudian ditambahkannya bahwa mitos disampaikan melalui bahasa dan mengandung pesan-pesan. Pesan tersebut diketahui lewat penceritaan (Ahimsa-Putra,2001:80).
Karya sastra lama yang cukup penting dalam khasanah kesusastraan Indonesia diantaranya adalah naskah Ceritera Asal Bangsa Jin dan Segala Dewa-Dewa –kemudian disingkat Ceritera Asal. Salah satu karya sastra lama di nusantara yang pernah ditulis dalam bentuk naskah dan dokumen oleh Henri Chambert-Loir bekerja sama dengan Ecole Francaise D’Ektreme-Orient.
Ceritera Asal berisi mitos asal wangsa raja Bima. Cerita tersebut dapat dianggap sebagai campuran kacau dari berbagai dongeng dan legende yang diambil dari aneka ragam sumber. Mitos akan raja Bima yang menjadi tema kisah dalam cerita tersebut sebenarnya masih memiliki berbagai varian. Dengan demikian, teks cerita tersebut dapat digolongkan sebagai sastra sejarah. Hal ini dikarenakan adanya keterkaitan dengan sejarah kerajaan Bima, meskipun tidak adanya kepastian tahun yang menjadikan kuatnya akan fakta sejarah dalam Cerita Asal.
Ceritera Asal terkandung dalam empat naskah bertulisan Jawi. Keempat naskah tersebut masing-masing diberi simbol: B (Berlin), J (Jakarta), L (Leiden), dan S (Sumbawa). Makalah ini memilih naskah B untuk dianalisis berupa pengungkapan mitos di dalamnya yang berkaitan dengan wangsa raja Bima. Naskah B ditulis pada 1851. Tidak ada keterangan penulis dan tempat dituliskannya naskah ini. Naskah ini merupakan koleksi dari Karl Schoemann dari Indonesia pada saat tinggal di Buitonzorg dan Batavia. Pada saat itu ia menjadi guru swasta anak-anak Gubernur Jenderal J.J Rochussen.
Teori strukturalisme Levi Strauss digunakan dalam makalah ini sebagai alat dalam mengungkap mitos-mitos dalam Ceritera Asal. Mitos menurut Levi Strauss berada dalam dua waktu sekaligus, yaitu waktu yang bisa berbalik (sinkronis) dan waktu yang tidak bisa berbalik (diakronis). Hal ini terlihat dari fakta bahwa mitos selalu menunjuk pada peristiwa yang terjadi di masa lampau. Di lain pihak, pola-pola khas mitos merupakan ciri yang membuat mitos dapat tetap relevan dan operasional dalam konteks yang ada sekarang (Ahimsa-Putra,2001:81).
Ceritera Asal sebagai karya sastra lama yang sarat akan mitos khususnya pada perkembangan wangsa raja Bima, yang tentu memiliki nilai-nilai karakteristik masyarakatnya, baik sebagai mahluk sosial yang berakhlak dan bersosial, maupun keterkaitan akan sejarah yang melatarbelakangi penciptaan karya tersebut. Dengan demikian, analisis tentang keberadaan wangsa raja Bima dalam aspek mitos-mitos demi membaca lebih jauh mengenai masyarakat wangsa Bima tersebut dalam Ceritera Asal menjadi menarik.

  II.     PEMBAHASAN
1.    Ceritera Asal Bangsa Jin dan Segala Dewa-Dewa sebagai Mitos
Ceritera Asal bagi pembaca saat ini merupakan cerita aneh, ajaib, bahkan mistis. Ceritera Asal mengisahkan asal-usul wangsa raja Bima serta terkait pula wangsa Dompu. Dalam Ceritera Asal ditemukan peristiwa-peristiwa tidak logis dialami tokoh-tokohnya.
Mitos pertama, yaitu kisah asal-usul wangsa raja Bima dari bangsa jin bernama Jan Manjan. Jin tersebut kemudian beranakpinak hingga terjadi  perkawinan antara jin dengan dewa dan jin dengan manusia. Kesekian keturunan jin Jan Manjan adalah Begawan Basugi dan Begawan Biyasa. Begawan Biyasa menjadi asal keturunan raja-raja di Bima. Begawan Biyasa memiliki dua anak, bernama Pandu Dewanata dan puteri bernama Ganti Nadzraja. Keduanya menikah dan memiliki keturunan bernama Pandawa Lima, yaitu Sang Bima, Sang Kula, Sang Rajuna, dan Sang Dewa.
Sang Bima sampai di Pulau Satonda dan melihat puteri raja naga, dari tatapan itulah puteri tersebut hamil dan lahirlah anak perempuan bernama Indera Tasi Naga. Kemudian Sang Bima memperistri anaknya sendiri dan melahirkan dua orang putera, yaitu Maharaja Indera kemala dan Maharaja Indera Zamrut. Indera Zamrut menjadi raja Bima dan memiliki keturunan. Demikian kisah asal-usul wangsa raja Bima yang dikategorikan mitos. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut.
“Alkisah maka tersebutlah ceritera Maharaja Zamrut yang tinggal itu. maka adalah diceritakan oleh orang yang empunya ceritera ini paduka Maharaja Indera Zamrut menjadi raja Bima memegang kerajaan dengan kuasanya. Maka adalah raja Jawa dan Bali dan Sumbawa dan Ende dan Sumba dengan segala tanah benua Manggarai lalu kepada Masyrik pun habislah bertakluk kepadanya dan membawa upeti kepada Tanah Bima (Ceritera Asal, 1985:119)”.
Mitos kedua, adanya perkawinan yang tidak logis antara bangsa jin, bangsa manusia, dan bangsa dewa. Perkawinan ajaib, aneh, bahkan mistis tersebut pada Batara Tunggal yang memiliki puteri cantik bernama Julus al-Asyikin yang diperistri oleh bangsa manusia yaitu Iskandar Zulkarnain. Hal ini tidak logis karena adanya perkawinan antara bangsa jin dan manusia. Perkawinan tersebut menghasilkan keturunan yang masing-masing menjadi Raja Istambul, Raja Cina, dan Raja Andalas. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut.
“....lalulah dikawinkannya raja Iskandar itu dengan anaknya puteri Julus al-Asyikin itu. maka dimulai berjaga-jaga dan ramai-ramai pun tiadalah terkata lagi segala bunyi-bunyiannya. Semuanya pun ditiup dan dipalukan dan segala permainan dimainkan oleh jin samanya jin dan manusia samanya manusia dan peri samanya peri dan mambang samanya mambang dan cendera samanya cendera. Maka alam pun seolah-olah dunia akan kiamat (Ceritera Asal,1985:109)”.
Mitos ketiga, adanya penciptaan manusia pertama (nabi Adam) yang berasal dari empat anasir atau empat unsur. Dikisahkan dalam Ceritera Asal bahwa manusia diciptakan dari empat anasir, yaitu api, angin, air, dan tanah. Hal ini jelas berbeda dengan sejarah penciptaan manusia di dalam Al-quran, di mana manusia diciptakan dari tanah. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan Ceritera Asal sebagai berikut.
“Dijadikan Allah taala jin itu daripada hujung api yang tiada berasap. Maka Allah subhanau wa taala menjadkan nabi Adam itu daripada asal yang keempat, yaitu api, angin, air, dan tanah, sebab itulah maka segala manusia itu masing-masing dengan tabiatnya dan fiilnya... (Ceritera Asal,1985:101)”.
Mitos pada Ceritera Asal di atas tentang silsilah wangsa raja-raja Bima yang berasal dari jin, manusia, bahkan dewa menunjukkan betapa mistisnya wangsa raja Bima.

2.    Sinopsis
Cerita tentang asal bangsa jin dan segala dewa-dewa. Dahulu, Allah subhanahu wataala menciptakan bangsa jin dan dewa yang turun menjadi raja yang kebesaran atau raja yang agung dan menteri yang patuh serta segala manusia yang dibawah angin sampai pada sekarang. Dikisahkan permulaan keturunan jin pertama bernama Jan Manjan. Ia berputera tiga; yang sulung menjadi penerus ayahnya dalam mengelilingi dunia dan mengerjakan titah Tuhan Malik al-Kudus, yang tengah menjadi asal keturunan dewa dan mambang, yang bungsu menjadi asal keturunan cendera dan peri.
Keturunan selanjutnya sampai pada Begawan Basugi yang memiliki putera Batara Tunggal. Kemudian Batara Tunggal memiliki puteri yang sangat cantik bernama Julus al-Asyikin yang diperistri oleh Iskandar Zulkarnain setelah bangsa jin kalah dalam peperangan dengan bangsa manusia untuk menyebarkan agama islam.
Cucu Maharaja Indera Palasyara bernama Begawan Biyasa menjadi asal keturunan raja-raja di Bima. Begawan Biyasa memiliki dua anak, yang sulung bernama Pandu Dewanata dan yang bungsu adalah puteri bernama Ganti Nadzraja. Keduanya menikah atau melakukan kawin sumbang dan memiliki keturunan bernama Pandawa Lima.
Kelima anak Pandu Dewanata bernama; Sang Bima, Sang Kula, Sang Rajuna, dan Sang Dewa. Kelima pandawa tersebut islam. Sang Bima dan adik-adiknya berperang dengan Maharaja Boma untuk merebut atau menguasai tanah Jawa. Di tengah pertempuran, Sang Rajuna terkena anak panah Boma dan pingsan. Bima pergi ke kayangan untuk mendapatkan obat dan bertemu dengan perempuan tua asal bangsa keturunan sang Yang Winaya bernama Dewa Arimbi. Bima akhirnya mendapat obat dengan syarat harus memperistri Dewa Arimbi. Pernikahan mereka menghasilkan anak bernama Katut Kaca.
Ceritera Asal bagian selanjutnya menceritakan pendirian wangsa raja Bima; dari perjalanan Sang Bima di sekitar pulau Sumbawa. Ketika itu, Sang Bima sampai di Pulau Satonda dan melihat puteri raja naga dan dari tatapan itulah puteri tersebut hamil. Sedang sang Bima melanjutkan perjalanannya, lahirlah anak perempuan bernama Indera Tasi Naga. Ketika kembali, Sang Bima memperistri anaknya sendiri dan melahirkan dua putera, yaitu Maharaja Indera kemala dan Maharaja Indera Zamrut. Kedua anak tersebut diletakkan pada sebuah buluh yang ditutupnya dengan mutiara. Kemudian dibuang ke laut dan terapung di Dompu. Wajah kedua anak itu berseri-seri bagaikan bulan dan matahari sehingga disambut gembira oleh orang Dompu, namun kedua anak tersebut tinggal di Bima. Kemudian Indera Zamrut memohon kepada kakaknya untuk menjadi raja di bagian timur.
Terjadi perselisihan antara kakak beradik itu. Ketika Indera Zamrut meminjam kailnya dan ternyata kailnya ditelan oleh anak raja ikan. Ikan-ikan ternyata gempar karena raja mereka kena penyakit kerongkongan berat. Diselamatkannya raja ikan itu dan ia  bersahabat dengan rakyat ikan, alhasil ditemukannya kail kakaknya dan dikembalikannya, tetapi kakaknya sudah tidak rela. Kemudian kakaknya diberitahu kalau adiknya sedang sakit. Indera Kemala pun lari tergopoh-gopoh hingga menjatuhkan biji wijen milik adiknya dalam pasir putih. Karena kecewa atas perselisihan itu, Indera Kemala memilih membuang diri ke timur dan hilang di Oi Mbora.
Indera Zamrut akhirnya menjadi raja Bima. Raja-raja Jawa, Bali, Sumbawa, Ende, Sumba, Manggarai sampai ke timur takluk kepadanya dan membawa upeti ke Bima. Ditempat bernama Air Te, Indera Zamrut memperistri peri dan memperoleh puteri bernama puteri Indera Peri. Peri tersebut pulang ke kayangan, tetapi tiap malam turun ke bumi untuk menyusui anaknya. Kemudian Maharaja Indera Zamrut memperistri anaknya sendiri dan memperoleh seorang putera dan dua orang puteri.
Anak sulung Indera Zamrut memperistri adik perempuan dan memperoleh empat putera dan seorang puteri. Anak sulung menjadi raja di Dompu, yang kedua menjadi raja di Bolo, yang ketiga duduk di Waki, dan yang keempat memperistri adik perempuan. Kemudian mereka beranak dua, yang putera mengawini adiknya dan medapat dua putera dan dua puteri. Putera sulung mengawini salah seorang adiknya dan menjadi menteri. Putera bungsu mengawini adiknya yang lain dan menjadi raja. Kemudian dia pergi ke Majapahit dan memperistri anak dewa. Mereka mendapat seorang putera dan tiga puteri. Selanjutnya, anak laki-laki mengawini salah seorang adiknya. Dia memerintah di Jawa dan di Bima, tetapi tidak memiliki keturunan. Muncul dewa di Seruhu yang merupakan Maharaja Indera Kemala. Dia akhirnya memperistri janda raja yang tidak beranak. Akhirnya mereka memiliki putera yang mengawini adik ibunya. Akhir cerita mereka memiliki dua puluh putera dan sepuluh puteri.

3.        Episode Ceritera Asal Bangsa Jin dan Segala Dewa-Dewa
Setelah mengetahui sinopsis Ceritera Asal, selanjutnya akan diuraiakan isi cerita menjadi beberapa episode. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penemuan ceiteme-ceriteme yang akan dipersandingkan.

Episode I (Penciptaan Jan Manjan dan keturunannya)
1)        Jan Manjan diciptakan dari ujung api yang tiada berasap.
2)        Adam diciptakan dari empat anasir, yaitu api, angin, air, dan tanah. 
3)        Jan Manjan berputera tiga; yang sulung bernama Batara Indera Guru menjadi penerus keturunan bangsa jin, yang tengah menjadi asal keturunan dewa dan mambang, dan yang bungsu mejadi asal keturunan cendera dan peri.
4)        Batara Indera Guru memiliki keturunan; Batara Indera Brama, Batara Indera manis, dan Maharaja Indera Palasyara yang kemudian memiliki dua anak.
5)        Kedua anak tersebut bernama Begawan Basugi menjadi raja jin di Magrib dan Begawan Biyasa menjadi raja di Musyrik atau kayangan.
6)        Batara Tunggal memiliki anak dari Begawan Basugi; puteri bernama Julus al Asyikin.

Episode II (Perang sabil oleh Iskandar Zulkarnain melawan Jin Magrib dan Jin Masyrik)
1)        Iskandar dan Nabi Khidir menyerang kerajaan jin atau kota Batara Tunggal.
2)        Batara Tunggal dan rakyatnya menyerah dan memeluk islam.
3)        Iskandar dikawinkan dengan putri Julus al-Asyikin.
4)        Iskandar berputera tiga; menjadi raja di Istambul-Rum, raja di Jepun-Cina, dan raja di Andalas Minangkabau.
5)        Iskandar menyerang Tanah Masyrik diiringi oleh Batara Tunggal dan raja-raja peri, mambang, dan dewa.
6)        Setelah tujuh tahun berperang di kota Batara Ratu atau Masyrik akhirnya Iskandar memenangkan pertempuran dan Batara Ratu menyerah dan memeluk islam.
7)        Iskandar pulang ke negeri Arab.  

Episode III (Begawan Biyasa menjadi asal keturunan raja-raja di Bima)
1)        Begawan Biyasa mempunyai dua anak; yang putera bernama Pandu Dewanata yang memperistrikan adiknya sendiri yang bernama Ganti Nadzraja.
2)        Pandu Dewanata memiliki lima anak, yaitu pandawa lima; Maharaja Darmawangsa, Sang Bima, Sang Kula, Sang Rajuna, dan Sang Dewa.
3)        Pandawa lima tersebut berperang memperebutkan tanah Jawa dari Maharaja Boma.

Episode IV (Bima dibantu Katut Kaca Menaklukkan Boma atau Tanah Jawa)
1)        Rajuna terkena anak panah Boma.
2)        Darmawangsa turun ke bumi menolong adik-adiknya.
3)        Bima pergi ke kayangan dan mencari obat untuk Rajuna.
4)        Bima memperistri Dewa Rimbi.
5)        Bima memiliki putera bernama Katut Kaca. 
6)        Bima dan Katut Kaca berhasil merebut tanah Jawa.
7)        Darmawangsa pergi bersemedi ke Gunung Seumawe dan meninggalkan tahtanya.
8)        Katut Kaca menjadi Raja menggantikan Darmawangsa.
9)        Nabi Muhammad memerintahkan para sahabat untuk mengislamkan segala jin dan manusia di bumi. Dan diingatkan negeri Pasai telah diislamkan oleh Iskandar.
10)    Suruhan cucu nabi Muhammad, yaitu Sayyid Muhammad dan Sayyid Ibrahim tiba di Pasai dan menganggap bangsa tersebut kafir karena tidak berbaju ala Arab.
11)    Pembesar kerajaan membaca kalimat syahadat dan membacakan seluruh isi Al-quran.
12)    Suruhan cucu nabi Muhammad memilih tinggal di Pasai untuk menebus kesalahan. 

Episode V (Pendirian Wangsa raja Bima)
1)        Sang Bima pergi dari pulau Jawa ke arah timur.
2)        Bima sampai di pulau Satonda.
3)        Bima menatap puteri raja naga dan hamillah sang puteri.
4)        Lahir anak perempuan bernama Indera Tasi Naga.
5)        Sang Bima memperistri anaknya, Indera Tasi Naga.
6)        Bima memiliki putera bernama Maharaja Indera Kemala dan Maharaja Indera Zamrut. 
7)        Kedua bayi tersebut dibuang oleh Bima atau ayahnya, ke laut dengan buluh dan mutiara.
8)        Bima menyuruh anaknya sampai ke negeri Bima.
9)        Orang Dompu menyambut gembira kedatangan dua anak itu.
10)    Kedua anak itu akhirnya tinggal di Gunung Parewa lalu Bukit Londo.
11)    Ncuhi Dara dan Ncuhi Padolo memohon kedua anak itu menjadi raja di negeri Bima.
12)    Kedua anak itu pergi ke Padolo.
13)    Indera Zamrut memohon pada kakaknya pergi ke barat dan menjadi raja.

Episode VI (Perselisihan Indera Kemala dan Indera Zamrut)
1)        Indera kemala beristana dekat laut Gema Mengail.
2)        Indera Zamrut meminjam kail dan mengail di Tanjung Tonggohalo.
3)        Kail ditelan ikan kerapu dan talinya putus.
4)        Indera Kemala melarang adiknya atau Indera Zamrut mengganti atau membayar kail.
5)        Indera Zamrut mengeluarkan kail dari mulut ikan dan dihadiahi sebatil penuh wijen.
6)        Indera Zamrut berbohong dan meminta Indera Kemala datang ke kerajaannya.
7)        Indera Kemala datang tergopoh-gopoh dan menumpahkan wijen di atas pasir.
8)        Indera Zamrut marah dan meminta kakaknya memungut wijen yang tumpah di pasir.
9)        Indera Kemala kecewa atas dan membuang diri ke timur dan hilang di Oi Mbora.

Episode VII  (Perkawinan Indera Zamrut dengan bidadari)
1)        Indera Zamrut menjadi raja di Bima.
2)        Di Air Te, Indera zamrut memperistri peri bernama Putri Fari Dewi Tia.
3)        Indera Zamrut memiliki anak atau puteri.
4)        Maharaja Indera zamrut memperistri anaknya sendiri.
5)        Maharaja Indera Zamrut memperoleh seorang putera dan dua orang puteri.
6)         Keturunan Maharaja Indera zamrut saling kawin sumbang antara dua saudara sampai delapan angkatan atau keturunan.
7)        Anak sulung Indera Zamrut memperistri adik perempuannya dan memperoleh empat orang putera dan seorang puteri.
8)        Anak sulung dari perkawinan di atas menjadi raja di Dompu, kedua menjadi raja di Bolo, ketiga tinggal di Waki, dan keempat memperistri adiknya.
9)        Mereka saling kawin dan menghasilkan dua putera dan puteri.
10)    Putra sulung mengawini salah seorang adiknya dan menjadi menteri (Raja Bicara).
11)    Putra bungsu mengawini adiknya dan ke Majapahit lalu memperistri anak dewa.
12)    Mereka mendapat seorang putera dan tiga puteri.
13)    Anak laki-laki mengawini adiknya dan menjadi raja di Jawa dan Bima tetapi tidak memiliki anak atau keturunan.
14)    Muncul Maharaja Indera Kemala sebagai dewa di Seruhu.
15)    Maharaja Indera kemala memperistri janda raja yang tidak beranak.  
Angka Romawi di atas menunjukkan episode, sedangkan angka Arab merupakan sub-sub episode. Ceriteme-ceriteme yang akan dipersandingkan dalam pembahasan berikutnya, diambil dari rangkaian peristiwa dalam sub-sub episode. Ceriteme-ceriteme diambil dari sub-sub episode yang letaknya belum tentu berurutan.

4.        Relasi-Relasi dalam Ceritera Asal Bangsa Jin dan Segala Dewa-Dewa
Pembacaan secara keseluruhan terhadap Ceritera Asal memberikan peluang untuk melakukan pembagian cerita dalam beberapa episode yang terdiri atas sub-sub episode. Ceriteme-ceriteme pun ditemukan pada tingkat sub episode, baik implisit maupun eksplisit.
Ceriteme-ceriteme yang disusun bertujuan untuk mempermudah penafsiran perbuatan tokoh yang ada di dalam relasi. Selain itu, langkah ini berfungsi untuk menunjukkan makna-makna yang terkandung di dalam relasi antarceriteme yang mewakili seluruh teks Ceritera Asal. Dengan demikian, akan ditemukannya sejarah, sistem kekerabatan, kehidupan sosial, nilai-nilai kejiwaan, akhlak, agama, yang melatarbelakangi dimana cerita ini berasal.
Perbandingan antarceriteme tidak dapat dilepaskan dari keseluruhan cerita, meskipun tidak semua tokoh dan peristiwa terlibat dalam perbandingan antarceriteme. Hanya tokoh atau peristiwa yang mempunyai relasi saja yang diambil dalam perbandingan secara struktural. Kemudian ceriteme yang diperbandingkan dan membentuk relasi berasal dari subepisode dan episode sebagai berikut.

Relasi I “Perbedaan Karakteristik antara bangsa Jin dan Manusia Lewat Tokoh Keturunan Jan Manjan dan Iskandar Zulkarnain”
            Relasi I memuat ceriteme-ceriteme yang diambil dari episode I-II yang menggambarkan bagaimana karakteristik bangsa jin dan manusia. Karakteristik yang berbeda antara jin dan manusia tidak terlepas dari latarbelakang penciptaan.
Ceriteme-ceriteme yang memuat tokoh manusia yang beriman pada islam melalui tokoh Iskandar Zulkarnain dan tokoh jin yang belum memeluk islam diwakilkan dengan keturunan-keturunan Jan Manjan, yaitu Batara Tunggal dan Batara Ratu. Kedua tokoh tersebut memiliki ceriteme-ceriteme yang termuat dalam perbedaan, yang membentuk relasi-relasi yang saling berlawanan.
            Manusia dan jin memiliki keturunan atas bangsanya. Iskandar Zulkarnain mengajak keturunan jin, yaitu Batara Tunggal yang menempati kota Magrib untuk memeluk islam. Ajakan tersebut tidak disetujui oleh raja sehingga terjadi perang selama tujuh belas tahun. Kemudian nabi Khidil memberi pertolongan kepada Iskandar Zulkarnain untuk mengalahkan Batara Tunggal. Alhasil, Iskandar Zulkarnain menang dalam peperangan dan menyarahlah Batara Tunggal beserta rakyat jinnya dan memeluk islam.
            Perjalanan Iskandar Zulkarnain dalam melakukan pengislaman terhadap bangsa jin di kota Batara Ratu di Masyrik dan terjadilah perang. Batara Tunggal dengan bala tentaranya turut membantu. Bangsa manusia akhirnya mampu mengalahkan bangsa jin tersebut. Raja Batara Ratu kalah, menyerah, dan memeluk islam.
            Ceriteme-ceriteme yang menunjukkan relasi “perbedaan karakteristik antara bangsa jin dan manusia” jika dirangkaikan akan membentuk skema berikut.    
Tokoh Ceriteme

     
  IS  → manusia                            dari 4 anasir                      Nabi Adam                 Islam  
  BT→ Jin Magrib  Asal muasal    dari api         Keturunan    Jan Manjan   agama    tidak beragama   
  BR→Jin Masyrik                        dari api                             Jan Manjan                 tidak beragama   

    
                                          IS  →  menyerang                          menang
Peperangan untuk pengisalaman  BT → diserang       Akhir Perang   kalah & memeluk Islam
                                                    BR → diserang                               kalah & memeluk Islam 

Keterangan:
IS = Iskandar Zulkarnain
BT = Batara Tunggal
BR = Batara Ratu
Garis                      = ceriteme yang diperbandingkan
Garis .................... = ceriteme pembanding/yang membandingkan
Gambar. 1. Skema relasi perbedaan karakteristik antara bangsa jin dan manusia lewat tokoh keturunan Jan Manjan dan Iskandar Zulkarnain
           
Keterkaitan asal muasal penciptaan sebagai makhluk Allah perlu diketahui untuk mengungkapkan makna dari relasi tersebut, dimana manusia dengan keempat anasir dalam proses terjadinya manusia membuat manusia memiliki karakteristik yang berbeda dengan makhluk lain.
            Perbedaan karakteristik yang kemudian berelasi dengan pemikiran tentang Tuhan dan agama Islam, jelas telah terlihat dari mulai proses penciptaan. Jin diciptakan hanya dari api. Sifat api adalah simbol akan sesuatu yang panas dan mengerikan, sedangkan  manusia diciptakan dari empat unsur anasir, yaitu api, angin, air, dan tanah.
Empat unsur tersebut sebagai simbol adanya korelasi antarunsur sehingga membentuk suatu wujud: manusia yang lebih sempurna dari jin. Dimana api menunjukkan panas dan mengerikan dalam diri manusia, kemudian di lengkapi dengan angin yang memberikan hembusan atau harapan akan sebuah kehidupan yang tidak mengerikan seperti api. Selain itu, unsur air menjadi simbol akan kesejukan dan kedamaian, kemudian tanah sebagai unsur terakhir yang menjadikan manusia sempurna. Tanah menjadikan manusia pada posisi yang mampu meredam atau bertahan dari air, angin, dan api. Dengan demikian simbol-simbol atau ceriteme tersebut menunjukkan bahwa manusia memiliki keseimbangan dalam melakukan sesuatu, yaitu seperti penguasaan diri dan akal.
Karakter yang dibangun tentang bangsa jin terlihat pada tokoh Jan Manjan hingga keturunannya, yaitu Batara Tunggal dan Batara Ratu yang menjadi islam setelah kalah dalam peperangan dengan Iskandar Zulkarnain.
Bangsa jin adalah simbol bangsa yang tidak berkarakteristik cerdas sehingga tidak memiliki akal dan pemikiran akan Tuhan dan islam, sedangkan bangsa manusia memiliki karakter sebagai bangsa atau makhluk yang cerdas dengan adanya akal dan pemikirannya terhadap adanya keberadaan Tuhan dan Islam. Dengan begitu, dalam relasi I ditemukan oposisi sebagai berikut.
Bangsa Jin    = makhluk kurang sempurna yang diciptakan dari satu unsur saja, serta berkarakter bodoh atau kurang berakal sehingga tidak berpikir tentang Tuhan.
Bangsa manusia = makhluk sempurna yang diciptakan dari empat unsur, serta berkarakter cerdas atau berakal sehingga berpikir tentang Tuhan dan islam.

Relasi II “Kehidupan dan Kepahlawanan Sang Bima”
            Relasi kedua, memperlihatkan peranan pandawa lima, raja Boma, Dewa Arimbi, dan Katut Kaca. Tokoh-tokoh tersebut memiliki peran masing-masing dalam membentuk perjalanan kehidupan sang Bima dan perwujudan atas jiwa kepahlawanan dalam dirinya. Ceriteme-ceriteme yang membentuk relasi ini terdapat dalam episode III dan IV.
Sang Bima dan adik-adiknya (Sang Kula, Sang Rajuna, dan Sang Dewa) berperang dengan Maharaja Boma untuk menguasai tanah Jawa. Di tengah pertempuran, Sang Rajuna terkena panah Boma. Melihat jatuhnya saudaranya dalam pertempuran membuat hati Bima tidak tega dan pergi kekayangan. Bima mendapatkan obat dari Dewa Arimbi dengan syarat; Bima harus memperistrinya. Mendengar itu, Bima tidak memperdulikan akan kesenangan dirinya tetapi keselamatan Rajuna serta kemenangan pandawa lima dalam menguasai pulau Jawa. Setelah Rajuna sehat, Bima menepati janji menikahi perempuan tua dan menghasilkan anak bernama Katut Kaca.
Perang belum usai sampai Katut Kaca dewasa, maka ikutlah sang Katut Kaca membantu ayahnya. Akhirnya mereka memenangkan peperangan dan menguasai pulau Jawa. Ceriteme-ceriteme di atas dapat disusun pada skema sebagai berikut.

Tokoh Ceriteme

 


 B/P  → penjajah   wujud          menguasai P. Jawa              Awal              kalah/ R terpanah

 BO   → raja          keinginan    telah menguasai P. Jawa    peperangan    menang/ memanah R

 


 Penundaan perang  BI → butuh obat untuk R    kekayangan   BI→ janji beristrikan Dewa Rimbi     
    
                               BO→tidak butuh obat
 


  perang         BI/P → dibantu  Katut Kaca       akhir peperangan  menang
 
 berlanjut       BO→ tanpa tambahan bantuan                                kalah

Keterangan:
BI/P = Bima/ pandawa
R = Rajuna
BO = Boma
Garis                          = ceriteme yang diperbandingkan
Garis ........................ = ceriteme pembanding/yang membandingkan
Gambar. 2. Skema Kehidupan dan Kepahlawanan Sang Bima 

                Makna dari relasi tersebut adalah kehidupan sang Bima dan kepahlawanannya demi bangsa dan saudaranya. Perang perebutan kekuasaan dilakukan pandawa lima dipimpin Bima untuk memperluas daerah kekuasaan demi kelangsungan hidup bangsanya.        
Dalam Ceritera Asal kehidupan sang Bima merupakan bagian dari silsilah atau garis keturunan dekat dengan wangsa raja-raja negeri Bima. Karakter kepahlawanannya tersebut menjadi sifat yang berharga yang diwariskan pada keturunannya selanjutnya.
Kehidupan sang Bima dengan perjalanannya dalam berperang dan memperistrikan Dewa Arimbi merupakan satu kesatuan peristiwa penting yang meliputi seorang Bima, yaitu bahwa sang Bima adalah kesatria yang menghormati perempuan dan menepati janji. Dengan demikian, tokoh Bima sebagai simbol tentang raja atau panglima perang dan seorang lelaki yang berjiwa kepahlawanan dan kemenangan. Adapun dalam relasi II ini ditemukan oposisi sebagai berikut.
Bima = rakyat yang  belum menguasai atau merebut pulau Jawa dan mengalami kemenangan saat perang.
Boma = raja yang telah menguasai pulau Jawa dan mengalami kekalahan saat perang.

III.     PENUTUP
            Pembacaan pada seluruh isi Ceritera Asal dan menganalisis dengan teori Levi Strauss dalam mengungkap mitos membawa pada sebuah kesimpulan, bahwa Ceritera Asal memiliki kandungan mitos yang cukup kuat yang tentu menjadi karakteristik wangsa tersebut atau masyarakatnya. Adapun interpretasi dari analisis tentang mitos-mitos sebagai berikut.
            Pertama, sejarah masyarakat Bima atau wangsa raja Bima dari garis keturunan orang-orang sakti. Hal ini berangkat dari mitos silsilah atau asal-usul wangsa raja-raja Bima yang berasal dari jin, manusia, bahkan dewa. Hal ini menjadi simbol adanya ketidakbiasaan, keluarbiasaan atau keajaiban wangsa tersebut yang berbeda dengan wangsa lain menjadikan wangsa Bima sebagai wangsa sakti, agung, dan pilihan Allah dan nabi, serta bukan wangsa dari keturunan manusia biasa. Hal tersebut di antaranya, adanya perkawinan tidak logis atau perkawinan antara bangsa jin, bangsa manusia, dan bangsa dewa, seperti perkawinan puteri Julus al-Asyikin dengan bangsa manusia, yaitu Iskandar Zulkarnain.
            Kedua, akhlak manusia yang mulia atau sempurna (berakal atau cerdas). Hal ini berangkat dari mitos penciptaan manusia dari empat anasir atau empat unsur, yaitu api, angin, air, dan tanah. Hal ini menjadikan manusia khususnya wangsa raja Bima berbeda dengan mahluk lain atau jin, bahwa manusia lebih seimbang bahkan sempurna dari jin karena memiliki akal dan mampu berpikir mengenai dirinya, lingkungan (kerajaan atau daerah kekuasaan), dan sosial (saudara dan bangsa), dan keberadaan Tuhan serta islam.
            Ketiga, wangsa yang beriman (beragama islam). Hal ini berangkat dari mitos silsilah wangsa raja Bima yang bermula dari peperangan yang terus terjadi untuk pengislaman yang dilakukan sejak Iskandar Zulkarnain terhadap kerajaan Jin yaitu kerajaan milik Batara Tunggal dan Batara Ratu, hingga peperangan yang dilakukan raja Bima dan Katut Kaca terhadap  Kerajaan Boma. Leluhur wangsa raja Bima dalam penyebaran islam diutus langsung oleh nabi Muhammad dan dibantu oleh suruhan cucu nabi Muhammad, yaitu Sayyid Muhammad dan Sayyid Ibrahim.
            Keempat, wangsa yang berjiwa pahlawan, handal dalam memenangkan perang (panglima perang yang handal dan pemberani). Hal ini berangkat dari tiada gentarnya Bima bersama kakak dan adik-adiknya (pandawa lima) dalam berperang, meski perang tersebut terjadi hingga tujuh belas tahun dan dibantu Katut Kaca.
            Kelima, wangsa yang mengasihi dan menjunjung atau mendahulukan kepentingan sosial atau orang lain. Hal ini berangkat dari hati Sang Bima yang pengasih terhadap adiknya Rajuna dan  kebesaran hati dengan menepati janji dan mengenyampingkan kesenangannya atau berbesar hati untuk menepati janji dengan menikahi Dewa Arimbi dan menghormati perempuan tersebut.
            Selain itu terkait pula sejarah wangsa raja Bima melalui penceritaan silsilah wangsa Bima. Dalam hal ini mengenai keberadaan wilayah kerajaan Bima ternyata juga memiliki kekerabatan atau darah keturunan dengan wangsa di kerajaan lain seperti wangsa Dompu, serta begitu dihormatinya raja Bima oleh raja-raja di Jawa, Bali, Sumbawa, Ende, Sumba, Manggarai, dan daerah Gunung Seumawe (asal negeri Aceh), serta silsilah leluhur wangsa Bima menjadi para raja, yaitu raja di Istambul-Rum, raja di Jepun-Cina, raja di Andalas Minangkabau.

DAFTAR PUSTAKA
Ahimsa-Putra, H.S. 2001. Strukturalisme Levi Strauss Mitos dan Karya Sastra. Yogyakarta: Galang Press.
Chambert-Loir, Henri. 1985. Ceritera Asal Bangsa Jin dan Segala Dewa-Dewa. Bandung: Angkasa dan Ecole Francaise D’Extreme-Orient.
Hendy, Zaidan. 1991. Pelajaran Sastra 1.Jakarta: Grasindo.
Partiningsih. 2008. Syair Damarwulan dalam Kesusasteraan Melayu Sebuah Penafsiran ala Strukturalisme Levi Strauss. Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu dan Adicita Karya Nusa. 
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kempat. Jakarta: Balai Pustaka.
Susanto, Dwi. 2012. Pengantar Teori Sastra. Yogyakarta: Caps.

Wellek, Rene dan Warren, Austin. 1989. Teori Kesusasteraan: Terjemahan Melani Budianta. Jakarta: PT Gramedia.

* Untuk Makalah Pendamping dalam Seminar PIBSI pada 2-3 Oktober 2015
    di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta