Selasa, 26 Mei 2015

KIYE LAKON : Dunia Sastra Nila (dalam Harian Suara Merdeka )

10 April 2015 1:18 WIB Category: SmCetakSuara Banyumas 


SEJUMLAH cerita pendek yang ditulis pernah terbit di beberapa media cetak. Itu rupanya seperti candu bagi Nila Mega Marahayu. Tulisan-tulisan yang ia buat di sejumlah media cetak itu kian membawanya dekat menuju mimpi.
Kesusastraan, bagi gadis kelahiran Temanggung 2 April 1988 itu seolah menemani tumbuh dewasa. Ia mengaku sudah berkenalan dengan sastra sejak kecil. Saat duduk di bangku SMP 25 Bekasi, hubungannya dengan sastra diakui mulai lebih intim. ”Saat itu pernah ikut lomba cipta dan baca puisi se-Kota Madya Bekasi dan jadi juara III,” tutur lulusan SMA Martya Bhakti Bekasi itu. Bak gayung bersambut, sang ayah Suyatno dan ibu Yati Purwati pun merestui niatnya melanjutkan pendidikan tinggi di jurusan Sastra Indonesia Unsoed. Hingga akhirnya saat ini ia telah menjadi salah satu staf pengajar di almamaternya. ”Saya masih punya mimpi, suatu saat ingin punya peran dalam Sastra Indonesia. Bila mungkin menjadi salah satu tokoh penulis perempuan Indonesia,” harapnya.
Untuk mewujudkan mimpinya saat ini, di sela kesibukannya mengajar, ia juga sedang menyelesaikan novel. Dalam beberapa waktu mendatang ia berharap novel perdananya bisa segera rampung dan dapat diterbitkan, menyusul puisi karyanya yang juga telah diterbitkan dalam antologi puisi ”Pada Sebuah Kamar” yang ia tulis bersama rekan penyair lain. Novel yang ia tulis berlatar di kota tempat kelahirannya, Temanggung.
Melalui novelnya ia berusaha memotret kehidupan khas petani tembakau di kota sejuk itu. Tak cuma itu, sejumlah kesenian asli Temanggung juga didokumentasikan dalam novel yang sedang ia tulis. ”Di Temanggung ada kesenian yang bernama Nini Towok, itu juga saya masukkan dalam cerita,” jelas sulung dari empat bersaudara itu.
Sementara mengenai penokohan, perempuan menjadi tokoh sentral dalam novel yang sedang ia tulis. Bukan tanpa sebab, ia memang ingin menggali sifat perempuan petani tembakau di Temanggung dalam kesehariannya. Tokoh perempuan petani, kata alumnus Magister Ilmu Sastra UGM itu, dalam cerita menikah di usia muda dengan orang Belanda, konflik dari hubungan itu yang berusaha ia gali untuk menggambarkan sosok perempuan Temanggung yang mendekati utuh.(Gayhul Dhika Wicaksana-17)
*Profil Suara Merdeka- Jawa Tengah
*Copy artikel dari Online Suara Merdeka (Nyuwonsewu yaa saya copas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar