Seperti
daun,
aku
jatuh dari ranting pohon teduh
tak
bisa menghindari gejolak musim
Yang
menciptakan gugur untuk meruntuhkan angkuh
Seperti
daun,
aku
jatuh pada tepian sungai
Menyangsikan
kejernihan air yang mengalir
Menghantarkan
sampai diantara cadas-cadas
Yang
merumuskan luka dan ngilu
Seperti
daun,
aku
semakin layu dan menghitam
Berjalan
perlahan meninggalkan ribuan musim
Mengikuti
arus kecil sungai-sungai
Tidak
ada lagi alasan untuk berteduh dan menepi
Seperti
daun,
aku
tidak dapat selamanya mengapung di atas air
menyerahkan
dan menaklukkan rasa yang senyap
hingga
tidak ada lagi alasan untuk cinta atau nestapa
dan
seperti daun,
aku
tidak lagi gigil diterpa air dan udara dingin
mungkin
akan mengalir atau tenggelam dari perjuangan
mungkin
menjadi titik arus penyerahan hidup
menuju
penantian muara kesunyian yang kudus
Jogjakarta, 25 Agustus 2013; 23.55
puisi ini dimuat dalam buku antologi puisi bersama "Sebuah Kamar" pada 2014 bersama teman-teman Lincak, dan Rachmat Djoko Pradopo sebagai pengantarnya,
BalasHapusKeren sekali puisinya bu :)
BalasHapuswahh terima kasih,,
Hapusmari semangaat nulis juga untuk mbaa Fatimah,, ^^