Mata
Kuliah : Sastra Indonesia Modern 1, diampuh oleh Prof. Dr. Faruk, H.T.
Catatan
Analisis terhadap Cerpen Robohnya Surau
Kami :
·
Adakah pengaruh kedatangan si Aku
terhadap kematian kakek atau apakah kedatangan si Aku menjadi salah satu faktor
penyebab kematian si kakek ?
Jawabannya
adalah ya, si aku menjadi salah satu faktor penyebab kematian si kakek.
Alasannya adalah :
1.
Si aku tidak dapat memberikan solusi
atau hiburan atau nasihat kepada kakek ketika si kakek bertanya atau melakukan
pembelaan terhadap dirinya. Si aku hanya diam dan mendengarkan atau membiarkan
si kakek bertanya-tanya sendiri akan dirinya, dimana dalam hatinya sesungguhnya
si kakek semakin ragu terhadap kebenaran dirinya. Ia secara tidak langsung
tengah terpengaruh dongeng atau perkataan Ajo sidi. Hal inilah yang kemudian
membuat si kakek semakin bermuram durja. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan
sebagai berikut.
“Tapi aku tidak perlu menjawabnya
lagi. Sebab, aku tahu, kalau kakek sudah membuka mulutnya, dia tidak akan diam
lagi. Aku biarkan kakek pada pertanyaannya sendiri.”
Tidak
selamanya diam adalah sebagai suatu perilaku yang pasif dan dalam hal ini,
diamnya si Aku seakan memberikan ruang terhadap kebenaran atau membenarkan
dongeng atau perkataan Ajosidi dan juga mulai tidak percaya atau juga
menyalahkan si kakek. Sebenarnya si kakek cukup lega atau senang dengan adanya
kedatangan si aku sehingga ia dapat mencurahkan isi hatinya atau kekesalannya
kepada si aku, tetapi ditengah-tengah ceritanya ia bertanya kepada si aku
perihal tindakannya selama ini benar atau salah. Si kakek dalam ceritanya pun
sudah mulai untuk meminta dukungan kepada si aku untuk membenarkan dirinya.
Namun, hal itu tidak disambut dengan perkataan nasihat atau jawaban yang
diinginkan si kakek dari si aku. Alhasil si kakek terus tersudut dengan
pertanyaannya sendiri dan semakin ragu akan kebenaran dirinya dan mulai kuat
kepercayaannya terhadap cerita Ajosidi.
2.
Si aku datang kepada si kakek sudah
tidak lagi sebagai individu atau tidak lagi seperti dirinya. Ia datang kepada
si kakek sudah sebagai bagian dari lingkungan sosial. Hal ini terlihat jelas
dengan adanya perilaku si aku yang bertanya-tanya kepada kakek yang seolah-olah
ia ingin tahu terhadap sesuatu yang terjadi. Seperti cerita Ajosidi sebelumnya
tentang pemimpin yang seperti katak, maka warga percaya dan ikut memanggil
pemimpin itu sebagai si katak. Dalam kasus si kakek pun sama dalam anggapan
atau kepercayaan warga, maka si aku sebagai bagian dari lingkungan sosial,
datang kepada kakek sudah terbawa pengaruh sosial yang mempercayai cerita
Ajosidi. Namun hanya saja si aku masih ragu dan tidak sepenuhnya mempercayainya
tetapi dirinya tetap saja sudah meragukan kebenaran kakek. Dapat diandaikan,
jika si aku tidak percaya pada cerita Ajosidi maka ia datang kepada kakek tidak
dengan pertanyaan yang menggebu-gebu atau terus menekan si kakek dan si aku
juga pasti akan bersikap aktif dengan memberikan jaawaban atau nasihat kepada
kakek, tetapi si aku justru bersikap pasif atau diam. Hal ini dapat dilihat
dalam kutipan sebagai berikut.
“ketika kakek terdiam
agak lama, aku menyelakan tanyaku. “ia katakan kakek begitu, kek ?”
“ia tak mengatakan aku terkutuk.
Tapi begitulah kira-kiranya.”
Kesimpulan
:
Kalau si aku tidak datang kepada
kakek, kemungkinan kakek tidak akan bunuh diri. Hal ini terlihat pada pisau
yang berserakan yang awalnya tidak terfikirkan oleh si kakek untuk membunuh si
Ajosidi apalagi bunuh diri. Keadaan menjadi berubah dengan adanya hasrat untuk
membunuh karena si kakek diberikan pertanyaan akan keberadaan pisau dari si
aku, sehingga seolah memberikan ruang pemikirannya atau mentalnya untuk
berfikir tentang “membunuh”. Dalam hal ini Ajosidi pun dapat dikatakan tidak
mungkin membunuh si kakek, kendatipun pisau itu miliknya yang sedang diasah si
kakek karena si kakek adalah orang yang selalu dimintai mengasah pisau oleh
warga. Ajosidi tidak mingkin membunuh si kakek karena Ajosidi tidak terlihat
memiliki motif atau alasan kuat untuk membunuh si kakek. Keadaan tersebut
memberikan peluang pembenaran bahwa kakek benar-benar bunuh diri.
Sebenarnya ada kejanggalan dalam
cerita tersebut, bahwasanya seharusnya kakek merasa lega karena dapat
menceritakan isi hatinya atau kekesalannya kepada si aku dan seharusnya
membuatnya tidak jadi bunuh diri, tetapi ternyata ia tetap bunuh diri. Dalam
hal ini terlihat betapa si aku tidak dapat mencegah adanya kejadian yang akan
nmenimpa kakek.
Tindakan kakek bunuh diri adalah
sesuatu yang wajar karena biarpun ia seorang yang kuat imannya, tetapi hidupnya
sepenuhnya untuk Tuhannya. Andaikan si kakek adalah seorang yang imannya kuat
dan juga hidup dengan bersosialiasi maka mungkin ia tidak terlalu kecewa. Dalam
hal ini, kakek yang begitu lurus jalan hidupnya hanya untuk Tuhan, maka ia
merasa sangat kecewa akan tindakannya selama ini sebagai orang lurus jalannya
kepada Tuhan, kalau ternyata toh ia akan masuk neraka juga seperti orang-orang
lain yang tidak berbakti hidupnya benar-benar untuk Tuhan. Tentu saja cerita Ajosidi
membuat kakek kecewa dan tidak memiliki tujuan hidup lagi.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar