Kamis, 14 Juni 2012

Untukmu yang Terasing dalam Sesat

Bagamanapun perjalananmu dibawah lampu-lampu sudut kota telah berbeda. Lampu merah, hijau, atau kuning, tikungan jalan, persimpangan jalan dan garis-garis pembatas jalan juga berbeda Keramaian kota, kemacetan, dan segala suasana malam di kota itu tetap membuatmu asing. Aku hanya tertawa kecil dan berbisik “kau bukanlah yang kemarin”. Jalan setapak yang kini kau lalui tak akan lagi memberikanmu ruang Tak ada lagi hembusan angin disana yang bakal menyejukkanmu Jalan menikung yang selalu membuatmu ngeri Tak lagi menawarkanmu kengerian lebih dari ini “Kekosongan dan keterasingan” yang akan membunuhmu kali ini Roda motormu akan berputar sesekali menggilas jalan yang pernah kau lalui Tapi kenapa kau merasa asing sendiri ? Sedangkan Pijaran lampu-lampu, suasana bising kota, lampu lalu lintas jalan, tikungan jalan, pembatas jalan, pertokoan, warung-warung pedagang kaki lima adalah bagian darimu Dan bagaimanapun kau berlari dan merentangkan jarak Pasti akan terasa selalu dekat jika kau menelusurinya lebih dalam, kiranya begitu katamu dalam hati Entah, kenapa kali ini kau begitu yakin pada keraguanku Lalu kau lanjutkan perjalananmu Yang kali ini akan membawamu dalam benturan-benturan waktu Kau pun berlutut pada Kepahitan, kejenuhan, kesunyian, kehampaan, dan kenangan Dan aku tau bahwa kau masih tersesat Tanpa ada lagi tangan hangat yang menuntunmu, maksudku tangan hangat yang kau ingini hingga bagaimanapun kau akan terasing pada perjalanan yang dulu selalu kau lewati perjalanan ini akan menenggelamkanmu pada kerinduan jalan pulang yang tak pernah menepi selamanya kau akan mengembara selamanya kau akan tergagap dalam gelap selamanya kau akan tersesat dalam dirimu sendiri akhirnya akalmu ikut bicara “aku harus memutar arah” kemudian mencari jalan setapak lain tetapi bagaimanapun roda motormu itu tetap ingin melalui sepanjang jalan dibawah lampu-lampu yang temaram dan melankoli yang akan terus membuatmu menuntut kembali menjadi kemarin aku terpingkal-pingkal menertawakanmu yang bodoh hingga akhirnya kau harus menyadari bahwa ini adalah mei bukan desember *** Yogyakarta, 26 Mei 2012 “Untukmu yang terasing dalam sesat”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar