Kamis, 14 Juni 2012

Opini tentang Film Soegija oleh Nila Mega Marahayu



       


        Lewat film Soegija saia meresapi makna didalamnya,, bahwa benar juga kalo penjajah atau musuh sekalipun akan luruh jika diadu dengan cintakasih lewat peran seorang ibu, seorang Maria, dan seorang perempuan. sebuah sudut pandang berbeda dari perang & penjajahan yg pernah ada dalam film atau cerita sebelumnya; tentang kekejaman, kengerian, dan kekerasan. Ada Tentara jepang & belanda dlm keadaan genting tidak jd menembak karena ternyata hatinya terketuk pada ingatan tentang ibu dan bayi. hal ini menunjukkan adanya dekonstruksi terhadap cerita-cerita yang pernah ada. Bahwa benar kata Romo Soegija : semua berasal dari kemanusiaan yg satu.


    Memandang Cintakasih dalam katolik dalam perjuangan Indonesia lewat permainan hati/kemanusiaan cukup masuk akal juga,, sayangnyaa peran Romo Sugijo dlm perjuangan kemerdekaan kurang di ekspose di film ini, sepertinya benar kata Arswendo atmowiloto bahwa film ini terlalu takut untuk menyebut Romo, terlalu takut untuk melihat pasar karena melihat dari sudut pandang agama. Hal ini juga dapat dikaitkan dengan adanya penolakan-penolakan pemutaran film maupun peluncuran buku boigrafi Soegija oleh kalangan tertentu. Melihat ini, saia setuju dengan Romo Soegija secara tidak langsung; bahwa indonesia juga milik katolik, bahwa indonesia berbeda-beda tapi tetap satu.

      yaa, bagaimanapun itu, film ini cukup menakjubkan juga, di zaman genting seperti itu,zaman indonesia belum merdeka; Seorang Romo Soegija telah dihormati oleh para umat bahkan yg berlatarbelakang Belanda sekalipun. ia telah menjadi tokoh yg disegani dan didengar bahkan sampai Vatikan. ia membantu peralatan obat, selimut, dengan mengirim surat sampai vatikan. mungkin, karena satu faktor itu pulalah ia juga dekat dengan Soekarno.

*begitu kiranya bagiku,, dan apa bagimu ??

      owyaa,, sekedar catatan saja,, waktu saia berangkat ke bioskop untuk beli tiket jam 14.00 ternyata tiket sudah habis tinggal tersisa untuk jam 21.00wib.. demi nonton saya putuskan untuk ambil jam malam tersesbut di bioskon 21 ambarukmo plasa yogyakarta. taukah anda, ternyata saya jauh lebih beruntung karena antrian dibelakang saya sudah tidak kebagian tiket untuk hari tersebut. alhasil mereka yang sebagian besar adalah para kakek dan nenek serta rombongan keluarga itu, membeli tiket untuk besok pagi. pada hari itu serentak pada jam yang sama film fenomenal tersebut ditayangkan di bioskop tersebut. ternyata film ini masih laris diminati penonton sampai tanggal 15 juni besok lhoo,, waahh semakin bertambah kiranya penonton yang memang sebagian besar adalah beragama nasrani tersebut yang menonton. terlepas dari itu, saya mendapatkan informasi dari teman, bahwa pemutaran film ini telah diumumkan melalui gereja, sehingga tiket dapat dipesan juga melalui gereja. waah luar biasa sekali. mungkin inilah film perjuangan pertama di Tanah Air kita yang notabenenya adalah non muslim. sehingga menjadi incaran minat penonton meskipun penuh penlakan di pihak lain yang tentu saja berdasarkan agama. bagi saya, film ini membuktikan bahwa Indonesia adalah milik bersama, indonesia ya indonesia. kemerdekaan ya milik para pejuang, entah tokohnya itu berlatarbelakang katolik, islam, hindu, maupun budha. dan semoga film ini menjadi inspirasi bagi sineas lainnya untuk mengungkap perjuangan para tokoh kemerdekaan Indonesia dari berbagai agama maupun suku. sehingga dapat memberikan tambahan wawasan sejarah sesempurna mungkin bagi bangsa dan negara kesatuan Indonesia tercinta.



(Ini foto membludaknya penonton di bioskop 21 Ambarukmo Plasa)

1 komentar: